Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dunia Tosan Aji dan Perkerisan Berduka Ditinggalkan Ir Haryono Haryoguritno (HHG)

 SELAMAT JALAN PAK GURITNO…..

Setiap manusia memiliki penghujung waktu hidupnya. Dan hari ini, Senin 13 Maret 2017, Mbah No — selama ini kami sebut begitu dalam perbincangan akrab di kalangan masyarakat perkerisan di Jakarta — meninggalkan kita semua. Sugeng tindak Pak Guritno. Semoga kawruh yang panjenengan tularkan pada kami, yang lebih muda di perkerisan, akan terus hidup di bibir pekeris di masa datang.

Sudah tidak terhitung, berapa kali ruangan yang tidak luas di belakang dalem Rawamangun ini diduduki para tamu, yang datang berbincang soal keris. Dari bertamu menimba kawruh, sowan sesepuh perkerisan, sampai menawarkan berbagai benda hobil beliau, dari batu mulia, lukisan, benda antik, keramik, dan tentu saja juga keris yang menyita minat lebih dari separuh usia beliau yang hari ini sudah melewati 85 tahun. Ir Haryono Guritno dilahirkan di Temanggung, 26 Januari 1932.

Reputasi beliau sebagai sesepuh keris, penulis buku keris, pakar keris nasional, bahkan melebihi prestasi beliau sebagai mantan Ajudan terakhir Bung Karno maupun sebagai alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (!TB). Namanya, nyaris identik dengan keris, di Indonesia. Terutama setelah ia dan timnya (Damartaji dkk) ikut meloloskan proposal Keris sebagai salah satu Warisan Dunia di lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan PBB, UNESCO pada 2004, serta setelah menulis bukunya yang kini menjadi salah satu pegangan bagi pekeris nasional. Yakni, “Keris Jawa Antara Mistik dan Nalar” (2005).

Selamat Jalan, Empu Kawruh Keris Nasional. Semoga karyamu tetap dikenal bangsa ini di masa datang….

(GANJAWULUNG PAKBO)